Selasa, 26 Mei 2009

Menghargai waktu

Budaya menghargai waktu ini juga tercermin dari kinerja para komuin. Kalau bukan saatnya istirahat, mereka konsentrasi pada pekerjaannya masing-masing. Tidak hanya di front office yang melayani dan menghadapi masyarakat secara langsung, di back office pun tak ada yang menganggur.

Tapi kalau waktunya istirahat, tak ada kompromi. Tepat pukul 12.00, semua akan bergegas keluar untuk makan siang. Saya pernah mengalaminya bersama dua kawan dari Indonesia saat mengurus re-entry permit di Nyuukokukanrikyoku (Kantor Imigrasi Jepang).

Setelah mengambil nomor antri di queue machine dan menunggu setengah jam, tiba-tiba kantor tutup karena pagawainya istirahat makan siang. Sekedar tanya jam istirahatnya sampai jam berapapun tidak sempat, karena pegawainya sudah meninggalkan ruangan. Terpaksalah, menunggu satu jam.

Namun, harga yang didapat karena menunggu istirahat mereka selesai tidak sia-sia. Begitu kantor buka kembali, dalam dua puluh menit re-entry permit telah diberikan kepada kami.. Wow, dalam dua puluh menit urusan di imigrasi selesai!

Namun bukan waktu yang cepat saja yang patut dipuji, kepekaan petugas terhadap kepentingan orang yang dilayani juga layak diacungi jempol. Tahu kalau kami bertiga telah menunggu lebih dari satu jam, passport kami dan juga pasport dua orang asing dari Amerika Latin lalu diminta untuk dikumpulkan jadi satu. Petugas itu lalu mengecek dan mencocokan dengan data di komputer sebentar, terus meminta kami membayar 3000 Yen untuk biaya single entry yang kami minta di loket pembayaran. Setelah membayar passport dikembalikan, tentunya dengan sticker hologram re-entry permit tertempel manis di passport.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar